Teka-teki tak hanya mengasah kreativitas anak pintar, tapi juga kemampuan menganalisis. Anak prasekolah tepatnya mulai usia 4 sampai 6 tahun, memang senang bermain teka-teki. Kesenangan ini muncul karena pengaruh lingkungan ketika anak sudah bersosialisasi dengan teman-temannya, entah itu teman yang sebaya maupun yang berumur di atasnya.
Bisa juga bermain tebak-tebakan dengan teka-teki ini datang dari orangtua atau pengasuhnya. Saat senggang, beberapa orangtua sangat senang menggunakan permainan ini. Pengaruh lainnya bisa lewat media, entah itu televisi ataupun media cetak. Bahkan, beberapa majalah anak pintar menyediakan kolom khusus teka-teki beserta hadiah bagi pengirim jawaban yang benar. Apalagi kosakata, pengalaman dan kemampuan kognitif sang anak juga sudah berkembang. Anak pintar sudah bisa mencari jawaban dari potongan-potongan informasi yang dinamakan petunjuk. Jawaban itu diperoleh dari pengalamannya sehari-hari. Semakin kaya wawasan anak semakin mudah dia menjawab teka-teki tersebut.
Perkembangan Anak Pintar
Selain itu, usia ini juga dikenal dengan usia cerewet. Anak pintar senang bertanya dan menanyakan sesuatu. Nah, dengan permainan teka-teki, keterampilan berbahasanya seakan tersalurkan. Bahkan, beberapa anak sangat senang bila bisa membuat teka-teki sendiri. Tentunya anak tidak ujug-ujug bisa bermain teka-teki yang rumit, melainkan dimulai dari soal-soal sederhana. Awalnya sangat mungkin anak hanya bertanya-jawab tentang persamaan dan perbedaan dari sebuah kata atau benda. Misalnya, “Apa persamaan bemo dan bajaj?”, “Apa beda ikan dan kodok?”, dan seterusnya. Dari situ anak belajar mengotak-atik kata-kata menjadi sebuah teka-teki.
Oleh karena itu, sesuai kemampuan kognisinya, teka-teki anak prasekolah umumnya sangat sederhana. Petunjuknya pun, biasanya cukup lengkap sehingga memudahkan anak untuk menjawabnya. Beberapa teka-teki favorit, umumnya tidak jauh dari dunia anak-anak, seperti tokoh jagoannya, binatang, buah-buahan, mobil dan lainnya. Anak pintar senang mengenali ciri dari suatu benda, lalu mengubahnya menjadi teka-teki seru.
Yang jelas permainan teka-teki dapat mengasah kreativitas dan memperkaya wawasan anak pintar. Karenanya sangat disarankan kepada orangtua untuk selalu menanggapi pertanyaan teka-teki anaknya. Orangtua harus berpikir dan menjawab dengan serius, sehingga anak merasa dihargai. Hindari jawaban yang asal-asalan yang membuat anak jadi malas dan ogah-ogahan memberikan soal teka-teki lagi.
Jika anak kehabisan ide, cobalah orangtua yang gantian memberikan pertanyaan kepada anak. Mulailah dari hal-hal yang dekat dengan anak. Jika anak sedang suka dengan Spiderman misalnya, cobalah membuat soal teka-teki tentang jagoannya itu. Jika anak kesulitan menjawab, cobalah untuk memberikan petunjuk lebih banyak. Atau, anak pintar bisa berpikir untuk beberapa lama sampai menemukan jawaban yang tepat. Boleh jadi orangtua memberikan teka-teki di malam hari, tetapi baru dijawab keesokan harinya oleh anak sepulang sekolah. Tidak masalah. Lalu, jika anak menemukan teka-teki di majalah dan kesulitan menjawabnya, sebaiknya orangtua bersama anak memecahkan soal teka-teki tersebut.
Dalam hal ini, sebaiknya orangtua sangat disarankan untuk tetap melakukan pembatasan atau pengawasan. Karena tidak semua teka-teki itu positif dan menghibur. Ada beberapa teka-teki yang berkonotasi negatif, jorok, berbau pornografi atau pelecehan terhadap seseorang dan golongan tertentu. Jadi, orangtua harus dapat memilah teka-teka mana yang cocok dan tidak buat anak pintar. Selamat berteka-teki bersama si buah hati!
Horeee….artikelku sudah published loh…Alhamdulillah…